Thursday, March 10, 2011

Cara Mencegah Kerontokan Pada Rambut

Rambut adalah mahkota Anda. Tidak seorang pun merasa senang ketika rambutnya rontok. Sebagian kerontokan bersifat alami, karena proses penuaan terkait gen yang membuat sebagian rambut menghilang secara “terprogram”. Sebagian kerontokan lainnya tidak alami, karena perawatan rambut yang tidak tepat. Sepuluh tips berikut dapat mencegah kerontokan rambut yang tidak alami.
Menyisir dan menyikat rambut Anda setiap hari tidak hanya merapikan dan membersihkan rambut, tetapi juga meningkatkan suplai darah sehingga mengaktifkan aktivitas sel-sel kulit kepala. Gunakan sisir dengan gigi berspasi lebar dan sikat berbulu halus.
Pilih sampo untuk rambut kering, normal, berminyak, berketombe, dll, sesuai kondisi rambut Anda. Cuci rambut Anda setidaknya dua kali seminggu. Selalu berkeramas dengan sampo setelah berenang di laut atau kolam renang untuk menyingkirkan garam dan klorin yang dapat merusak folikel rambut. Pastikan Anda selalu membilas rambut
sampai bersih setelah selesai berkeramas.
Penggunaan kondisioner setelah keramas mengurangi upaya yang dibutuhkan untuk menyisir rambut dan membuatnya lebih mudah diatur. Penggunaan kondisioner terutama sangat dibutuhkan bila rambut Anda kering.
Keringkan rambut basah dan jangan terlalu keras menggosok rambut dengan handuk. Saat rambut basah, strukturnya lebih rapuh sehingga harus dihindari menyisir atau menyikat terlalu kuat.
Jika memakai gaya rambut yang memerlukan tarikan pada rambut sebaiknya diselingi gaya rambut lebih longgar untuk menghindari tarikan konstan yang menyebabkan ketegangan folikel sehingga rambut rontok.Karena rambut terdiri dari protein (keratin), penting sekali bagi Anda untuk mengikuti diet cukup protein untuk mempertahankan produksi rambut. Protein ditemukan pada daging, ikan, unggas, telur, susu, keju, sereal, kedelai dan kacang-kacangan.
Penggunaan wig harus dihindari karena membuat kulit kepala Anda tidak dapat bernapas dengan baik dan mencekik lemas folikel Anda. Jilbab, helm, atau topi tidak merusak rambut Anda seperti wig, asalkan berhati-hati saat mengenakan dan melepaskannya.
Kita semua tahu mengapa sengatan matahari bisa berdampak serius bagi kesehatan secara keseluruhan. Sengatan matahari ke kulit kepala juga dapat menyebabkan folikel tidak mampu mempertahankan rambut karena luka bakar.

 Sumber: kaskus.us
    
   

Mengapa Beo Bisa Berbicara ?

Pernahkah kamu merasa heran kenapa burung beo dapat menirukan ucapan manusia dengan baik ? Nah, mau tahu, burung Beo dapat berbicara layaknya manusia karena burung beo menggunakan lidah nya agar dapat menghasilkan suara seperti huruf-huruf vokal sebagaimana halnya kita, manusia.

Pada manusia, bunyi dihasilkan dari larynx (pangkal tenggorokan) dan dapat diubah-ubah sesuai pergerakan lidah dalam mulut. Hal seperti inilah yang menolong kita men gucapkan huruf vokal dan huruf konsonan meski huruf itu rumit.

Hingga kini, tak sedikit peneliti beranggapan, burung Beo sama seperti halnya bangsa burung lain, menghasilkan dan mengubah-ubah suaranya dengan menggunakan larynx dan syrinx tanpa menggunakan lidahnya sama sekali. Ternyata, burung Beo menggerakkan lidahnya ke depan dan ke belakang ketika berbicara.

Hal ini yang kemudian menggelitik Gabriel Beckers dan rekan-rekannya yang berasal dari Universitas Leiden, Belanda, tertarik untuk mengamati apakah pergerakan ini memang berperan pada burung Beo yang pintar meniru ucapan manusia.

Para peneliti mencoba melakukan riset pada sejumlah burung Beo. Syrinx burung-burung kemudian diganti sebuah speaker elektronik yang sangat kecil. Ketika amplifier memperdengarkan suara, sebuah pengaitkata Beckers, lebih besar ketimbang perbedaan antara huruf ‘a’ dan ‘o’ yang diucapkan manusia.

Jadi, menurut Beckers, kemampuan burung Beo memainkan lidahnya mengucapkan huruf-huruf vokal mungkin didorong bakat burung menjadi peniru. Makanya, sering terdengar ungkapan, orang yang suka meniru itu sebagai suka “membeo” menggerakkan lidah burung itu. Para peneliti menemukan, pergerakan lidah kurang dari satu milimeter saja akan menimbulkan perbedaan besar terkait kualitas suara vokal burung Beo yang dikeluarkan.


Sumber: kaskus.us

Monday, March 07, 2011

Pembangkit Listrik Biomass Di Inggris

Terletak di lokasi pedesaan di daerah sabuk hijau di Inggris, tujuan utama Hinton Cook Arsitek 'untuk desain struktur terus menerus permanen untuk rumah pembangkit listrik biomassa generasi adalah untuk meminimalkan dampak visual pada sekitarnya. Mereka berhasil melakukan ini dengan menggunakan sistem façade kompleks, sengaja dirancang untuk memecah massa visual dari pembangkit listrik, yang terutama mengambil inspirasi dari hutan sekitarnya. Kontekstual, situs ini dalam jarak dekat dari sebuah dusun sekitar 0.5miles ke selatan dan terletak antara dua jalan raya Inggris sibuk. Situs ini secara bertahap lereng dari Utara Barat ke tenggara dengan sabuk mapan hutan di sepanjang batas selatan. Mengambil keuntungan dari tingkat, situs ini memberikan peluang yang cukup untuk variasi dalam massa / tinggi dan kesempatan untuk memberikan struktur laporan. 
Karena skala yang dibutuhkan elemen tertentu dan persyaratan fungsional dari pembangkit listrik, itu penting untuk menjaga proses bersama-sama, dan fokus pada menggunakan sistem façade terus menerus. Hal ini bertujuan untuk membungkus proses bervariasi secara kolektif dalam pabrik sementara berhasil mengatasi lanskap. Komponen utama yang digunakan dalam memecahkan massa visual dari bangunan adalah sistem cladding dan bingkai struktural, yang keduanya didesain untuk prefabrikasi off-site, mengurangi permintaan situs.
Sebuah bingkai kayu kisi terkena dirancang untuk duduk pada kulit luar bangunan dan mengekspresikan suatu bermain rumit bekisting. Kerangka struktural utama digunakan untuk mendukung sistem cladding. Dalam rangka untuk mengungkapkan 'flora dan fauna' dari hutan, struktur tersebut dibiarkan dalam bentuk meter 8 beririsan kisi berlian representasional dari hutan itu sendiri. Dengan mengekspos struktur eksternal, garis bangunan terganggu dan karenanya massa bangunan secara visual berkurang.
Bentuk kisi-bekerja berjalan terus-menerus di seluruh fasad menghasilkan 'tema' tetapi bervariasi di ketinggian untuk mengatasi proses internal tanaman. Bingkai eksternal memastikan tidak ada penghalang maka ruang internal memaksimalkan area internal. Elemen-elemen tertentu dari struktur tidak mengandung kelongsong yang pada gilirannya menciptakan kesenjangan memungkinkan lanskap untuk muncul dan mengubah persepsi pemirsa bangunan. Di malam hari sendi struktural berpotongan diterangi untuk mencerminkan melewati gerakan lalu lintas di jalan raya.
Sistem cladding eksternal terdiri dari panel berlian padat, buram dan tembus, yang telah offset balik bingkai kisi struktural untuk memaksimalkan area internal memungkinkan untuk mencakup internal yang jelas, sementara juga memungkinkan bayangan akan dilemparkan pada façade itu. Kedua panel solid dan opak yang sembarangan diatur dalam berbagai nuansa hijau, yang membuat façade menarik.   
Untuk lebih meningkatkan ini, elemen façade telah berlebihan dan diperluas untuk meningkatkan penjajaran gedung dengan pemandangan bila dilihat dari jauh. Berbagai nuansa hijau dan tingkat tembus, yang terinspirasi oleh permainan belang-belang terang dan gelap di hutan - di mana istirahat dalam daun memungkinkan cahaya untuk menembus dan kawasan di luar garis pohon untuk dilihat - dan menciptakan pola halus.
Panel cladding sistem juga menawarkan kesempatan untuk panel di lokasi tertentu yang akan diganti oleh panel hidup, yang selanjutnya perpaduan bangunan dengan hutan sekitarnya. Untuk lebih mengurangi dampak dari bangunan di Sabuk Hijau, atap sedum digunakan untuk campuran bangunan di dalam lanskap. Sebuah dasar sedum datar diusulkan di atas atap struktural. Sebuah kotak kayu struktural atas bingkai ruang yang memungkinkan mencakup internal yang jelas untuk peralatan pabrik diusulkan. Ini juga akan diintegrasikan kepada anggota dinding luar struktur untuk memastikan tema yang konsisten berjalan di gedung.
Pendekatan yang dilakukan ini dimaksudkan untuk menciptakan sebuah bangunan tengara, peka terhadap perusahaan lokasi Green Belt dan merupakan contoh dari desain arsitektur dan lingkungan untuk pembangkit listrik di masa depan.   


Sumber: kaskus.us

Boneka Matryoshkas

Salah satu hasil kebudayaan Rusia yang terkenal adalah Matryoshkas, yakni boneka unik dari kayu yang dalemnya kopong, bisa dibelah, dan bisa diisi dengan Matryoshkas junior yang ukurannya lebih kecil dan mukanya beda-beda. Matryoshkas dibikin taun 1890 sama Om Vasily Zvyozdochkin dengan disain dari Sergey Malyutin. Si Malyutin ini yang ngecat itu boneka. Dia diinspirasi sama boneka Jepang yang namanya 'Tujuh Dewa Keberuntungan' (kapan2 ane bikin threadnya). Matryoshkas yang Malyutin bikin awalnya cumang 8 biji. Ceritanya itu cewek lagi megang burung gagak, trus boneka kedua didalemnya itu cewek juga, boneka ketiga itu cowok, sisanya anak bayi.
Taun 1900, istrinya Savva Mamontov ngebawa boneka-boneka itu ke sebuah pameran di Paris. Eh, ga taunya menang dan dapet medali perunggu. Nah, dari situ deh Matryoshkas jadi terkenal dan dibikin di beberapa tempat di Rusia.

Bentuk klasik dari Matryoshkas yaitu dengan kepala bunder dan badan yang silindris. Jumlah juniornya juga ga ada aturan khusus, tapi secara tradisional biasanya sih cuma 5. Matryoshkas juga ga punya tangan dan kaki, kecuali kalo digambar di badannya (ya iyalah, kalo punya tangan gimana cara masukkin juniornya?!). Boneka Matryoshkas tradisional itu adalah figur cewek Rusia lagi pake sarafan (baju cewek khas Rusia), dalemnya bisa cowok, dan yang paling kecil biasanya itu bayi. Boneka di dalam Matryoshkas yang terakhir ga bisa dibelah.

Sumber: kaskus.us

Tuesday, March 01, 2011

Ciri Karya ilmiah dan Non Ilmiah

Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

1.Hakikat Karya Ilmiah
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.

Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.



2. Ciri Karya Ilmiah

Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :

a.Struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

b. Komponen dan substansi

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

c. Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

d.Penggunaan bahasa

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.


3. Jenis – jenis Karya Ilmiah
Adapun jenis – jenis karya ilmiah, yaitu :
a.Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

b. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

c.Disertasi
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.

4. Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.

b. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

c. Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

d.Sikap objektif.
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

e. Sikap rela menghargai karya orang lain.
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

f. Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.

g. Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

5. Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah

Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.

Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :


• salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
• salah dalam menyusun struktur pelaporan,
• salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
• salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
• penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
• tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
• tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah


Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.

Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.

Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.

Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah.
Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.

Karya nonilmiah bersifat :
(1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi,
(2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative,
(3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
(4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Penalaran Deduktif

Sebelum kita membahas tentang penalaran deduktif, apa sih penjelasan dari penalaran itu sendiri? Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Sehingga pengamat akan mendapatkan gambaran sebelum mengungkapkan sebuah pendapat.

Penalaran Deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (Umum – Khusus).

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif :


Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu :
1.silogisme kategorial
2.silogisme hipotesis
3.silogisme alternative
4.silogisme entimen.

1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Contoh silogisme Kategorial :

My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal

My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa

2. Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh Silogisme Hipotesis:

My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh Silogisme Alternatif :

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung

4. Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh Silogisme Entimen :

- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya